Pada (1/12/23), Senat Mahasiswa IAIN Syekh Nurjati Cirebon selaku lembaga legislatif tertinggi di organisasi kemahasiswaa . Dengan cakap menggelar ruang diskusi publik, yang mengangkat tema "Matinya Demokrasi Negara dimulai dari Matinya Demokrasi Kampus".
Kegiatan ini yang awal mulanya dilaksanakan outdoor di taman agar lebih sensasional, tetapi karena hujan terus menerus maka berpindah ke ICC IAIN. Berlangsung selama beberapa jam dari siang, sore ke malam. Diikuti sekitar 70 peserta yang hadir walau dalam keadaan sedang hujan. Show must go on.
Pembukaan dihadiri oleh 4 dekanat mewakili pimpinan rektorat yang berhalangan hadir. Diantaranya Dekan Fakultas Ushuludin Adab, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Fakultas Syariah, dan Fakultas Ilmu Tarbiyah Keguruan, kompak. Membersamai dan membuka acara tersebut.
Dalam sambutannya, Ketua Pelaksana Diskusi Demokrasi Omar Qad Panity, menyampaikan bahwa "Kampus tidak sedang baik-baik saja, ruang Diskusi Demokrasi ini perlu hadir. Kami melihat ridignya pemerintahan kampus seperti salah satunya dalam ajang pemilihan presiden mahasiswa kampus". Tegas Omar
Disambung juga oleh Ketua Senat Mahasiswa Institut, Agam Rahmat Prayogo. Demokrasi menjadi topik dari diskusi ini, apa itu demokrasi? Kemudian menjelaskan sejarah awal dari pemurusan demokrasi negara itu sendiri sampai ke formula penyelenggara demokrasi di ranah kampus.
"Permohonan maaf atas pimpinan yang berhalangan hadir baik Rektor maupun Warek 3, oleh karena itu kami ber-4 disini hadir adalah bentuk dari demokratis itu sendiri". Ujar Dekan FUA Dr. Anwar Sanusi dalam sambutannya di Opening Ceremony.
Lalu diselingi oleh penampilan live music, tibalah ke acara inti yakni sesi diskusi. Dimoderatori oleh Nafa Ananda yang mulai dengan memantik lewat melemparkan pertanyaan ke semua pemateri dengan bertanya apakah tema yang diangkat itu relevan?
Diskusi ini diisi oleh pemateri Multisektoral, dari kalangan lembaga pemerintahan seperti KPU dan Bawaslu, lembaga non pemerintahan seperti LBH, aktifis mahasiswa dari luar dalam kesempatan ini mengundang BEM UI dan BEM UGM, dan aktifisi mahasiswa dari dalam kampus sendiri melalui DEMA IAIN.
Bapak H. Rasjid Ketua LBH Cirebon Raya menegaskan bahwa demokrasi sejatinya tidak akan mati, karena ada dalam diri individu masing-masing. Dari KPU bapak Mardeko sekedar menjelaskan hal-hal dasar demokrasi lewat pemilu, sebab baginya mahasiswa adalah pemilih pemula yang perlu di edukasi. Disambung oleh bapak Nurul Fajri menyampaikan batasan pelanggaran penyelenggaraan berbagi pengalamannya mengawal demokrisasi dari kampus ke pemerintahan.
Dari elemen aktifis mahasiswa, dimulai dari Muh Kholid Presma UGM 2022 menyampaikan bahwa Demokrasi kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Membawakan data merosotnya the democracy index dari tahun 2015 ke tahun 2022 sebesar 0,32 sedangkan world press freedom index nya sebesar 4,67. Ditambahkan soal Keruntuhan Demokrasi pun tidak berlangsung begitu saja, ada beberapa momentum dari tahun 2022 ke 2023.
Dilanjut Fahmi Farhan Mubarok ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa menyebut peran mahasiswa memang betul mempengaruhi proses demokrasi negara, dan sedikit banyak ia juga menyampaikan regulasi yang mengatur jalannya demokrasi di kampus PTKIN.
Pamungkas dari Ketua BEM UI 2023 Melki Sedek Huang, bahwa anak muda saat ini jangan mudah terombang-ambing, anak muda mesti kritis melawan kebijakan-kebijakan negara yang jauh dari kata demokratis. Pasalnya, saat kini ia juga sedang melakukan konsol di LBH Jakarta, dan berharap bisa sama-sama berjuang bersama.
Diakhiri dengan sesi tanya jawab yang mana moderatori tidak membatasi pertanyaan dan antusias peserta membuat banyak pertanyaan masuk ke para pemateri, beragam peluru ada yang mengenai ke lembaga seperti sejauh mana peran mereka menyentuh kampus, peluru ke aktifis mahasiswa menyikapi mahasiswa apatis dan politis yang lain saat ini. Bahkan sampai mempertanyakan kinerja atau peran ormawa itu sendiri dalam mengawal demokrasi kampus ini, yang nampaknya masih jauh dari kata demokratis.
Begitu kiritisnya mahasiswa IAIN ditengah hiruk pikuknya nafas demokrasi di kampus. Berangkat dari sebuah diskusi akankan menjadi aksi?